Kamis, 18 Agustus 2016

Mantan TKW Indonesia Jadi Penasehat Obama



Imamatul Maisaroh (36), wanita Indonesia yang sempat disiksa majikan saat menjadi TKW, berpidato di hadapan ribuan delegasi dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat di Stadion Wells Fargo, Philadelphia, Pennsylvania, AS, Selasa (26/7/2016) waktu setempat. Wanita ini lahir dari keluarga sederhana di Malang, Jawa Timur.

Keluarga Ima, panggilan Imamatul Maisaroh, tinggal di Dusun Krajan, Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Rumah mereka terlihat lebih besar dibanding tetangga, tapi tidak terlalu megah. Rumah itu hanya ditempati orangtua Ima, Turiyo dan Alimah. Ima merupakan anak pertama. Dua adiknya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah sendiri.

Ingar-bingar konvensi nasional Partai Demokrat AS tidak terdengar Turiyo dan Alimah. Ia kaget saat sejumlah jurnalis datang ke rumahnya untuk mengetahui lebih jauh soal sosok Ima

"Lho, saya malah tidak tahu. Bilangnya kerja kantoran," kata Turiyo, ayah Ima yang berprofesi sebagai petani ini.


Ima merantau sebelum lulus SMA pada tahun 1997. Ia berencana pergi ke Hong Kong, tapi akhirnya ke AS karena tergiur akan gaji tinggi sebagai pembantu. Alih-alih mendapatkan gaji, Ima malah disiksa dan disekap oleh majikan.

Setelah 3 tahun hidup penuh dengan penderitaan, Ima akhirnya lolos setelah menulis surat ke asisten rumah tangga di dekat rumah majikan. Ia dibawa ke kantor Coalition Abolish Slavery dan Trafficking (CAST) Los Angeles. Di sini lah, ia ditempa dan menjadi aktivis anti perdagangan manusia.

Turiyo tahu soal masa lalu Ima yang kelam, tapi tidak terlalu detail. "Ditolong orang dan diajak bekerja sampai hari ini," jelas Turiyo singkat saja.

Ima menjadi koordinator survivor di Coalition to Abolish Slavery and Trafficking (CAST) sejak November 2015. Selanjutnya, Desember 2015, ia diangkat menjadi penasihat di Gedung Putih terkait perbudakan dan perdagangan manusia.

Sejak merantau, Ima baru 3 kali pulang ke Indonesia. Komunikasi via telepon kadang dilakukan. Meski tidak tahu banyak apa yang dikerjakan Ima dan kewarganegaraan anaknya sudah berganti, Turiyo mengaku bangga. "Sebagai orangtua, saya ikut bangga," jelas Turiyo.

0 komentar:

Posting Komentar